Selasa, 10 Januari 2012

Manusia Dan Harapan

Harapan

Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu
mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
bempa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda motor, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai
Harapan.
Adapun penyebab manusia mempunyai harapan yaitu :
Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu scmua. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.

Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bennacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan,kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik/jasmaniah maupun kemampuan berpikimya. Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

pengertian doa
Menurut bahasa do'a berasal dari kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang memudharatkan

Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy berkata: "Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara kedua macam do'a tersebut adalah:

1. Do'a masalah (permintaan) adalah: Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya. Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat. Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan barangnya dan ini hukumnya boleh.
2. Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun batiniah, karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dan sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan dari azab-Nya.

pengertian kepercayaan atau percaya diri
Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.

Senin, 02 Januari 2012

Manusia Dan Kegelisahan

Kehidupan manusia sekarang ini semakin maju, didukung dengan teknologi yang semakin memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitas dan kehidupannya sehari-hari. Gerak manusia semakin cepat, setiap aktivitas yang dikerjakan dikontrol oleh agenda yang senantiasa dibawa serta, mereka merasa selalu diburu waktu seakan waktu 24 jam sehari tidaklah cukup. Kehidupan seakan berjalan seperti rutinitas yang senantiasa harus dilakukan untuk mencapai 'tujuan hidup', tanpa menyampingkan hal lain, seperti kesehatan dan kebutuhan spiritual, hanya terfokus pada pekerjaan dengan dipenuhi oleh pikiran kesenangan yang akan didapat di masa yang akan datang.
Di balik itu semua, secara jujur, maukah Anda mengakui bahwa Anda merasa gelisah? Apakah kadang Anda merasa takut dan susah hati menjalani hidup yang itu-itu saja? Kalau jawabannya 'ya', jangan khawatir, karena itu adalah hal yang wajar dialami oleh manusia bahkan mungkin sampai saat kematian menghampirinya.
Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.
  Berarti berkaitan erat dengan diri pribadi manusia tersebut sehingga mengapa dia menjadi gelisah. Hal tersebut dicontohkan dengan seorang siswa S.M.U yang merasa takut dan gelisah ketika duduk bersebelahan dalam bus kota dengan seorang laki-laki berwajah sangar, berjerawat dan berambut gondrong serta memakai anting sebelah dan berpakaian lusuh dan tidak rapi. Dalam hal ini dia merasa gelisah karena tidak memahami status asli dari laki-laki tersebut apakah dia orang baik atau orang jahat.
            Dalam masyarakat modern sendiri, individu sering mengalami kegelisahan atau yang sering juga disebut dengan stress dimana hal tersebut bisa saja terjadi bila individu merasa kekurangan dari
segi materi dan selalu merasa gelisah dan berprasangka jangan-jangan materi tersebut sudah diambil oleh orang lain dan selalu merasa kekurangan.
            Untuk mengatasi kegelisahan diperlukan nilai-nilai agama seperti bersikap Qana’ah (berpikir positif) sehingga ketidaktenangan dan ketidaksabaran alias kecemasannya dapat dikurangi dengan berdo’a kepadaTuhan serta berusaha keras untuk mengatasi hal yang membuatnya menjadi gelisah.
            Keterasingan bisa jadi merupakan perilaku Sosiopatik yang tidak menyadari bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan tidak bisa hidup sendiri. Alienasi/keterasingan atau pengasingan diri bisa jadi dikarenakan dalam proses berdaptasinya terhadap situasi (retreatism)
seseorang tersebut menolak tujuan-tujuan yang disetujui maupun cara-cara pencapaian tujuan itu dan menimbulkan sikap apatis. Hal tersebut dicontohkan oleh seorang ayah yang tidak mau menerima kesulitan dalam keluarganya sehingga menenangkan diri dengan minum-minum hingga mabuk dimana hal ini abnormal dan perilakunya tadi jelas-jelas melepaskan diri dari tanggung jawab sebagai kepala kelurga. Selain itu perlu juga dilihat apakah seseorang itu mengalami keterasingan karena menurutnya masyarakat dimana ia berada sudah mengalami anomie.
Jika kita senantiasa belajar bagaimana membahagiakan orang lain dan hanya mengisi pikiran dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat, maka kita akan selalu berada dalam suasana hati dan pikiran yang tentram dan bahagia. Hal ini disebabkan karena pikiran tidak mengizinkan kegelisahan, kesedihan, dan ketakutan menguasai kita, dan akhirnya bukan tidak mungkin jika kebahagiaan sejati dapat tercapai.